Kamis, 02 Desember 2010

Entrepreneurship

Pengertian Kewirausahaan
Ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, dan entrepreneurial, dan entrepreneur.
1. Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.
2. Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan keinginan pasar.
3. Wirausahawan (entrepreneur) didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.
4. Entrepreneurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau berwirausaha.
Pengambilan Keputusan untuk Berwirausaha
Setiap orang memiliki ide untuk berkreasi namun hanya sedikit orang yang tertarik untuk terus melanjutkan sebagai seorang wirausahawan. Berikut ini beberapa paparan yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk berwirausaha:
1. mengubah gaya hidup atau meninggalkan karir yang telah dirintis. Hal ini biasanya dipicu oleh keinginan untuk mengubah keadaan yang statis ataupun mengubah gaya hidupnya karena adanya suatu hal negative yang menimbulkan gangguan.
2. Adanya keinginan untuk membentuk usaha baru. Faktor yang mendukung keinginan ini antara lain adalah budaya juga dukungan dari lingkungan sebaya, keluarga, dan partner kerja. Dalam budaya Amerika dimana menjadi bos bagi diri sendiri lebih dihargai daripada bekerja dengan orang lain. Hal ini lebih memacu seseorang untuk lebih mengembangkan usaha daripada bekerja untuk orang lain. Selain itu, dukungan pemerintah juga menjadi faktor yang tak kalah penting. Dukungan ini dapat terlihat melalui pembangunan infrastruktur, regulasi yang mendukung pembentukan usaha baru, stabilitas ekonomi dan kelancaran komunikasi. Faktor selanjutnya adalah pemahaman terhadap pasar. Tentu saja hal ini menjadi penting terutama dalam meluncurkan produk baru ke pasaran. Selanjutnya adalah peranan dari model yang akan mempengaruhi dan juga memotivasi seorang wirausahawan. Faktor yang terakhir adalah ketersediaan finansial yang akan menunjang usaha.

Peranan Wirausaha dalam Perkembangan Ekonomi
Peranan wirausaha tidak hanya sekedar meningkatkan pendapatan perkapita tapi juga memicu dan mundukung perubahan struktur masyarakat dan bisnis. Dalam hal ini, pemerintah dapat berperan sebagai inovator. Pemerintah akan bergerak sebagi pelindung dalam memasarkan hasil teknologi dan kebutuhan sosial.
Sumber : http://avin.filsafat.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=34

Profil Bob Sadino

Nama :
Bob Sadino
Lahir :
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama :
Islam

Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta (1953)

Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)

Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981

Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618

Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.

Sumber : http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/12/biografi-bob-sadino-pengusaha-sukses.html

KATA KATA MOTIVASI

tentang visi :Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk.

Vision without exec

ution is a daydream. Execution without vision is a nightmare.

~ Japanese Proverb

hal kecil dengan cinta :Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar.

In this life we cannot always do great things. But we can do small things with great love

~Mother Teresa

hidup ini singkat :

Hidup ini singkat. Tidak ada waktu untuk meninggalkan kata-kata penting tak terkatakan.

Life is short. There is no time to leave important words unsaid.

~ Paulo Coelho

sukses adalah perjalanan :

Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir

Success is a journey, not a destination.
~ Ben Sweetland

memberi dan menerima :

Mereka yang dapat memberi tanpa mengingat, dan menerima tanpa melupakan akan diberkati.

Blessed are those that can give without remembering and receive without forgetting.
~ Author Unknown

cara memulai :

Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukan.

The way to get started is to quit talking and begin doing.
~ Walt Disney

7 aspek leadership

mengenal diri

komunikasi

menyatu dengan yang lain

belajar untuk belajar

membuat keputusan

mengatur

bekerja dalam kelompok

leadhership dalam pandangan

KEPEMIMPINAN dalam PANDANGAN islam

Saudaraku seiman Rahimakumullah,
Selaku warga bangsa khususnya kita warga provinsi Sumatera Utara, sebentar lagi akan menghadapi sebuah pesta demokrasi yaitu pilgubsu 2008. Melalui kegiatan itu kita akan menentukan kepada siapakah tampuk kepemimpinan di provinsi ini akan kita percayakan. Didalam tashowwur / persepsi Islam, kepemimpinan adalah bagian dari syari’at Islam itu sendiri, karenanya saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, selaku ummat Islam yang percaya kepada syari’at agama nya wajiblah kita semua memiliki pandangan yang serius pula terhadap masalah ini dan hendaknya tidak ada seorangpun dari ummat Islam yang apatis atau masa bodoh terhadap soal kepemimpinan ini. Bahkan semestinya harus dengan sangat antusias menyongsong dan mempersiapkan langkah-langkah dengan perhitungan cermat agar kita bisa menghasilkan kepemimpinan yang baik, kepemimpinan yang sholih, kepemimpinan yang memberikan maslahat dan manfaat bagi seluruh rakyat dan kepemimpinan yang dinaungi Allah swt dengan inayah dan maghfiroh Nya. Jadi untuk itu ada beberapa hal yang harus kita sepakati dalam urusan ini.

Hal yang pertama ; marilah kita bulatkan terlebih dahulu tekad kita, kita samakan visi kita bahwa kepemimpinan kedepan harus diserahkan kepada orang-orang sholih yaitu orang yang punya cukup alasan untuk mendapatkan bantuan Allah swt dalam melaksanakan tugasnya kelak.
Bayangkan saudaraku sekalian, jika kita umat Islam ini apatis terhadap suksesi kepemimpinan ini, kemudian kita dengan sengaja menarik diri dari percaturan ini dengan tidak berperan serta dalam menentukan pilihan kita, ini artinya kita telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para pendukung kebathilan untuk menggolkan orang-orang yang pro terhadap kebathilan itu. Jika demikian, bagaimanakah negeri ini akan baik sebab kebaikan sebuah negeri akan sangat tergantung kepada kebaikan pemimpinnya. Sebuah ungkapan hikmah mengatakan “ar ro’iyyatu tahta diini mulukihim yang artinya baik-buruknya rakyat itu terletak dibawah kualitas agama pemimpinnya.
Maka marilah saudaraku seiman rahimakumullah, kita camkan bahwa kita wajib berfikir masak-masak sebelum menentukan pilihan kita nanti.
Janganlah nasib kita lima tahun kedepan kita korbankan hanya karena kesalahan yang kita lakukan lima menit saat pemilihan.

Hal yang kedua yang harus kita samakan persepsi kita ; saat ini dihadapan kita sudah ada beberapa pilihan yang akan kita pilih, mereka adalah orang-orang yang mengajukan dirinya untuk dipilih menjadi pemimpin kita. Didalam sistem demokrasi memang diharuskan adanya proses pencalonan dan pengajuan diri untuk meraih jabatan publik.
Hal ini sesungguhnya tidaklah bertentangan dengan syari’at Islam yang kita anut, meskipun sering juga sebagian kita berpedoman kepada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim yang artinya : “Rasulullah saw bersabda ; “Demi Allah, aku tidak akan memberikan jabatan kepada orang yang memintanya, apalagi kepada orang yang tamak padanya”
Mari kita fahami ini dengan seksama agar kita tidak salah memahami Islam ini sehingga pada gilirannya akan merugikan kita sendiri karena kita meyakini syari’at Islam secara tidak pas.
Sebenarnya perihal seseorang yang meminta jabatan dalam kepemimpinan yang menentukan nasib rakyat pernah terjadi yaitu dilakukan oleh nabi Yusuf as yang kala itu beliau meminta jabatan sebagai bendaharawan negeri Mesir dibawah pemerintahan al Aziz. Hal ini terekam abadi dalam QS Yusuf : 55 yang artinya : “Berkata Yusuf; jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan”.
Lantas bagaimanakah kita mengkompromikan antara nash quran ini dengan hadits riwayat Bukhari-Muslim yang memuat larangan meminta jabatan tadi ?
Menurut ustadz Sayyid Quthb dalam tafsir Fii Zhilaalil Quran bahwa sesungguhnya fikih Islam itu lahir dan tumbuh dalam masyarakat muslim yang bergerak maju dan menghadapi kenyataan hidup yang riil. Bukan fikih Islam yang membentuk masyarakat muslim ini, tetapi masyarakat muslim yang bergerak maju itulah yang menuntut terciptanya hukum Islam. Maksud ungkapan ini adalah bahwa hukum Islam itu lahir dan tumbuh secara bertahap sesuai dengan kebutuhan hajat hidup masyarakat pada zamannya. Fikih islam yang ada dihadapan kita sekarang ini bukanlah kumpulan hukum yang turun sekaligus lalu kehidupan menyesuaikan dengannya, melainkan hukum-hukum itulah yang turun secara bertahap dan waqi’iy yaitu sesuai dengan kebutuhan pada waktu itu. Karenanya dalam memahami hukum-hukum islam kita wajib memperhatikan konteksnya secara cermat agar kita tidak beranggapan bahwa islam itu adalah sesuatu yang memberatkan karena penuh dengan sekat-sekat yang membatasi. Dan kita jangan terikut-ikut dengan orang yang mengatakan bahwa baju islam itu kekecilan untuk menampung segala aspirasi dan cita-citanya, na’udzu billa min dzalik… itu adalah salah satu bentuk sekulerisme berfikir.
Sesungguhnya hadits Rasulullah tentang larangan meminta jabatan itu terjadi dalam konteks suasana masyarakat waktu itu yang sudah sangat faham tentang hakikat politik dan kepemimpinan yang sesuai denngan syari’at Allah. Karena ditengah-tengah mereka masih hadir Sang Maha Guru Islam yang mampu memahamkan mereka akan segala apapun permasalahan kehidupan saat itu. Maka umat waktu itu telah begitu faham bahwa kepemimpinan hakikatnya bukanlah tasyrif (kemuliaan) yang harus dibangga-banggakan atau disombongkan, bukan pula sebuah ladang emas berlian yang akan memuaskan ambisi syahwat diri dan kroninya, melainkan sebuah ladang yang wajib dikelola dengan sepenuh kesungguhan dan hasilnya untuk rakyat. Kalaupun mereka mengambil dari sana untuk dirinya itu sesuai dengan hak bagian mereka sesuai syari’at. Tidak lebih dari itu.
Kondisi masyarakat waktu itu benar-benar faham bahwa jabatan kepemimpinan adalah sebuah taklif (beban amanah) yang berat dan wajib ditunaikan dengan seksama. Didalamnya penuh dengan pengorbanan untuk kemaslahatan rakyat yang dipimpinnya. Didalamnya terdapat keeikhlasan bekerja yang harus tetap dipelihara. Didalamnya ada kesucian hati dan diri pemimpin yang wajib tetap dijaga. Subhanallah, memimpin sesungguhnya bukan sekedar melampiaskan nafsu syahwat kita terhadap dunia.
Karenanya boleh jadi ditengah kondisi masyarakat yang berpolitik syari’ah seperti itu, jabatan jadi tidak menarik lagi, karena tidak menjanjikan kemewahan bagi pribadinya. Dan dalam kondisi demikian jabatan adalah suatu amanah yang diletakkan oleh umat keatas pundak seseorang yang mereka percayai kesholihannya, sementara sang pengemban amanah itupun menerimanyasebagai sebuah tugas dan tanggung jawab untuk melayani pemberi mandatnya yaitu rakyat. Maka manakala ada seseorang yang meminta jabatan pada waktu itu, Rasulullah saw amat tahu (karena beliau dibimbing oleh wahyu) bahwa orang tersebut punya ambisi syahwat dunia semata. Karenanya Rasulullah bersumpah untuk tidak memberikannya.
Tetapi ikhwatul iman rahimakumullah, pada masyarakat yang jahil terhadap sistem politik syari’at, dimana mereka memahami bahwa politik hanyalah alat pemuas nafsunya, dimana manusia berlomba-lomba untuk jabatan-jabatan basah untuk memperkaya diri dan kroninya seperti yang terjadi pada masa nabi Yusuf as, maka wajib hukumnya bagi nabi Yusuf untuk mengejar jabatan strategis itu dan menunaikannya sesuai kehendak Allah swt.
Nah sekarang kembali kepada permasalahan kita. Dalam zaman apa sebenarnya sekarang kita berada ? Hemat saya saat ini manusia kembali kedalam kondisi awam dan jahil tentang makna dan hakikat politik dan kepemimpinan. Buktinya politik telah menjadi praktek perlombaan pemuasan nafsu diantara para politisi jahil yang semakin lama semakin menebar aroma busuk. Maka dalam kondisi seperti ini kepemimpinan harus direbut oleh para sholihin. Jabatan wajib diberikan kepada orang-orang yang benar-benar faham tentang hakikat memimpin, pengelolaan negeri ini wajib diamanahkan kepada manusia yang faham akan kebersihan dan kebaikan politik sesuai tuntunan tashowwur Robbani.
Maka saudaraku, ketika kita harus memilih diantara pilihan yang terpampang dihadapan kita. Jadilah orang yang bijak dan arif.
Kita sepakat sekali bahwa mereka itu tidak ada yang sebaik Yusuf as dan zaman inipun sangat berbeda dengan zaman Yusuf as. Kalau kesholihan Yusuf as dan Muhammad saw yang jadi patokan mati, niscaya kita tidak akan punya pilihan sama sekali. Tapi kembali syari’at kita dengan ushul fikihnya mengajari kita dalam menghadapi pilihan sulit seperti ini kita harus mengambil pilihan yang akhofu dhororon (yang paling ringan keburukannya).
Masih ada waktu kita untuk kembali menelisik lebih dalam tentang mereka. Jangan malas untuk mencari tahu tentang kebaikan-kebaikan mereka dan jangan tutup mata hati kita terhadap keburukan-keburukan mereka. Pelajarilah rekam jejak kehidupan mereka dan orang-orang terdekatnya. Sebab kebaikan seseorang biasanya tergantung juga kepada baik-tidaknya agama kawan-kawan dekatnya seperti kata Rasulullah saw, “Seseorang berada diatas agama kawan dekatnya, maka hendaklah setiap kamu berhati-hati dengan siapa kamu berkawan”
Bertanyalah kepada pihak-pihak yang faham dan mengerti tentang mereka, berdiskusilah dengan orang-orang yang ikhlas dan objektif dalam menilai, Insya Allah kita akan mendapatkan pilihan yang baik dan Allah mudah-mudahan akan ridho. Meskipun ia pasti tidak akan mampu memuaskan segala harapan kita, tetapi paling tidak Allah tahu apa motifasi kita dalam menentukan pilihan itu.

Allahu a’lam bish showwab
.

Selasa, 23 November 2010

pengalaman wawancara

Rabu, 03 November 2010Pengalaman Wawancara


Kemarin saya meawawancarai seorang guru di TK Al - Muslim , namanya adalah ibu Masnah . Setelah sesampainya di sana saya memberikan pertanyaan pertanyaan . Yang pertama adalah tentang bagaimana rasanya jadi guru . Kata beliau untuk sisi enaknya jadi guru adalah bisa bebagi ilmu yang beliaupunya kepada muris muridnya . Dan enaknya juga bisa bermain bersama sama anak anak TK .

Pertanyaan yang kedua adalah "Apa sih bu ga enaknya menjadi guru?" , lalu kata beliau ga enaknyasaat menyuruh murid muridnya untuk diam karena kata bu Masnah anak kecil memang susah untuk di suruh diam .Dan kata bu Masnah juga susah untuk di atur untuk diam di tempat saja sudah susah .

Untuk pertanyaan yang terakhir adalah harapan bu Masnah kepada anak anak muridnya dan kepada saya . Harapan beliau adalah agar semua anak anak muridnya begitu juga dengan saya agar bisa menjadi seorang ahlidzikir , ahli fikir dan seorang ahli ibadah . Juga pesannya satu lagi adalah agar anak anak muridnya kelak di masadepan nanti bisa berguna bagi semua orang . itu semua adalah semua yang saya dapatkan saat mewawancarai bu Masnah . Karena waktu wawancara sudah habis saya pun kembali ke SMA Al-muslim untuk membuat narasidari hasil wawancara saya ini .

Sabtu, 20 November 2010

Artikel 6

KEPEMIMPINAN DALAM TINJAUAN SEJARAH


Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke enam dan Presiden pertama yang dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Bersama Drs. M. Jusuf Kalla sebagai wakil presidennya, beliau terpilih dalam pemilihan presiden di 2004 dengan mengusung agenda “Indonesia yang lebih Adil, Damai, Sejahtera dan Demokratis”, mengungguli Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 60% suara pemilih. Pada 20 Oktober 2004 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik beliau menjadi Presiden.

Presiden SBY, seperti banyak rakyat memanggilnya, lahir pada 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur. Seorang ilmuwan teruji, beliau meraih gelar Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di 2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian.. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik.

Susilo Bambang Yudhoyono meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat Jenderal TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad dimana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun markas besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI.

Selain di dalam negeri, beliau juga bertugas pada misi-misi luar negeri, seperti ketika menjadi Commander of United Nations Military Observers dan Komandan Kontingen Indonesia di Bosnia Herzegovina pada 1995-1996.

Setelah mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, beliau mengalami percepatan masa pensiun maju 5 tahun ketika menjabat Menteri di tahun 2000. Atas pengabdiannya, beliau menerima 24 tanda kehormatan dan bintang jasa, diantaranya Satya Lencana PBB UNPKF, Bintang Dharma dan Bintang Maha Putra Adipurna. Atas jasa-jasanya yang melebihi panggilan tugas, beliau menerima bintang jasa tertinggi di Indonesia, Bintang Republik Indonesia Adipurna.

Sebelum dipilih rakyat dalam pemilihan presiden langsung, Presiden Yudhoyono melaksanakan banyak tugas-tugas pemerintahan, termasuk sebagai Menteri Pertambangan dan Energi serta Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan pada Kabinet Persatuan Nasional di jaman Presiden Abdurrahman Wahid. Beliau juga bertugas sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet Gotong-Royong di masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada saat bertugas sebagai Menteri Koordinator inilah beliau dikenal luas di dunia internasional karena memimpin upaya-upaya Indonesia memerangi terorisme.

Presiden Yudhoyono juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia. Beliau adalah juga Ketua Dewan Pembina di Brighten Institute, sebuah lembaga kajian tentang teori dan praktik kebijakan pembangunan nasional.

Presiden Yudhoyono adalah seorang penggemar baca dengan koleksi belasan ribu buku, dan telah menulis sejumlah buku dan artikel seperti: Transforming Indonesia: Selected International Speeches (2005), Peace deal with Aceh is just a beginning (2005), The Making of a Hero (2005), Revitalization of the Indonesian Economy: Business, Politics and Good Governance (2002), dan Coping with the Crisis - Securing the Reform (1999). Ada pula Taman Kehidupan, sebuah antologi yang ditulisnya pada 2004. Presiden Yudhoyono adalah penutur fasih bahasa Inggris.

Presiden Yudhoyono adalah seorang Muslim yang taat. Beliau menikah dengan Ibu Ani Herrawati dan mereka dikaruniai dengan dua anak lelaki. Pertama adalah Letnan Satu Agus Harimurti Yudhoyono, lulusan terbaik Akademi Militer tahun 2000 yang sekarang bertugas di satuan elit Batalyon Lintas Udara 305 Kostrad. Putra kedua, Edhie Baskoro Yudhoyono, mendapat gelar bidang Ekonomi dari Curtin University, Australia.

Pendidikan

* Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
* American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
* Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
* Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
* On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
* Jungle Warfare School, Panama, 1983
* Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman, 1984
* Kursus Komando Batalyon, 1985
* Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
* Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
* Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
* Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), tahun 2004.

Ringkasan Karir

* Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
* Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
* Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
* Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
* Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
* Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
* Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
* Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
* Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
* Dosen Seskoad (1989-1992)
* Korspri Pangab (1993)
* Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)
* Asops Kodam Jaya (1994-1995)
* Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
* Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995)
* Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)
* Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda
* Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
* Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
* Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)
* Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid)
* Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri) mengundurkan diri 11 Maret 2004

Penghargaan

* Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
* Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
* Satya Lencana Seroja, 1976
* Honor Graduate IOAC, USA, 1983
* Satya Lencana Dwija Sista, 1985
* Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
* Dosen Terbaik Seskoad, 1989
* Satya Lencana Santi Dharma, 1996
* Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996
* Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996
* Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998
* Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998
* Wing Penerbang TNI-AU, 1998
* Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998
* Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999
* Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999
* Bintang Dharma, 1999
* Bintang Maha Putera Utama, 1999
* Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003
* Bintang Asia (Star of Asia), 2005, oleh BusinessWeek
* Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama, 2006, oleh Sultan Brunei
* Doktor Honoris Causa, 2006, oleh Universitas Keio
* Darjah Utama Seri Mahkota, 2008, oleh Yang DiPertuan Agong Tuanku Mizan Zainal Abidin

Artikel 4

cara mengembangkan keterampilan kepemimpinan?


MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MEMIMPIN


Diperlukan Patokan


Dikatakan bahwa seorang pemimpin belajar menjadi pemimpin. Artinya, seseorang harus diberi waktu agar ia bisa menjadi pemimpin. Sebelumnya, sebuah divisi harus memiliki rencana untuk menemukan prospek yang terbaik. Pemilihan acak jarang memberi hasil yang terbaik karena jika seseorang memang tidak berpotensi, tentu akan sia-sia. Prospek itu harus menunjukkan perilaku positif terhadap organisasi dan memberikan bukti yang kuat bahwa ia akan mampu untuk belajar hal baru yang memerlukan keterampilan yang lebih. Pengenalan kemampuan kepemimpinan itu penting.

Hal lain yang harus dilihat adalah karakter. Etika yang diperlihatkan seseorang adalah ukuran yang baik untuk menilai karakter seseorang. Karakter meliputi kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat, untuk mengetahui apakah sebuah tindakan itu benar secara moral atau tidak.

Kepribadian juga penting. Seseorang yang dicari untuk memimpin harus sanggup untuk bergaul dengan orang lain dan bersedia bekerja sama.

Kedekatan akan menyingkap orang-orang yang tampaknya membawa sikap itu sejak ia bayi. Ketika menemukan orang seperti itu, akan bijaksana untuk menugasi mereka dengan tugas-tugas yang tak terlalu penting. Ketika mereka berkembang, ukuran tanggung jawab mereka juga akan lebih besar. Jika sepertinya ia sanggup mengikutinya, itu berarti ia berpotensi dan sanggup mengambil inisiatif saat sebuah keputusan diperlukan. Inisiatif sering kali menunjukkan potensi kepemimpinan karena sikap seperti itu menyingkap motivasi; artinya, ia memahami situasi dan kemudian memilih tindakan yang paling tepat.

Potensi kepemimpinan memerlukan beberapa ukuran.
1.Bisakah ia belajar melaksanakan tugas?
2.Apakah ia sepaham dengan organisasi?
3.Apakah ia cocok dengan orang lain yang ada di organisasi?
4.Bisakah ia memberi tahu orang lain apa dan bagaimana melakukan sesuatu?
5.Apakah ia menerima perintah dengan sebal dan berat hati?
6.Apakah ia teratur?
7.Apakah ia bertanggung jawab?

Sekali pengamatan telah dilakukan, pemilihan orang yang berpotensi memimpin harus segera dilakukan.

Kemandegan sebuah organisasi, baik Kristen maupun sekular, adalah karena menentang adanya pelatihan bagi orang yang berpotensi memimpin. Sayangnya, kebanyakan pelatihan ditujukan agar orang memiliki keterampilan daripada kemampuan memengaruhi orang lain melalui kepemimpinan. Kedua hal itu diperlukan, keseimbangan keduanya akan memberikan hasil yang maksimal.

Ketika orang dengan potensi kepemimpinan dipilih, langkah pertama dalam pelatihan kepemimpinan selalu -- harus -- mengorganisasi pelatihan kepemimpinan. Yang merencanakan hal itu haruslah orang yang kompeten, dihormati, dan diakui. Jika memungkinkan, orang itu adalah pemimpin teratas.



Diperlukan Ujian



Pada awalnya, orang yang berpotensi harus disaring melalui tes intelektual dan psikologi. Banyak organisasi Kristen menggunakannya dan hasilnya pun baik. Contohnya, banyak denominasi dan organisasi misi di Amerika memberikan tes psikologi pada calon misionaris mereka. Semua beban yang harus ditanggung orang Amerika saat mereka berangkat ke ladang misi -- standar hidup yang lebih rendah daripada yang biasa mereka miliki, perpisahan dengan keluarga, beban keuangan, belajar tradisi dan bahasa baru -- mendorong mereka untuk memerlukan seseorang yang memiliki kualitas kerohanian yang baik. Hampir semua orang mengalami "culture shock". Statistik menunjukkan, sedikit dari yang lolos ujian psikologi yang kembali ke rumah.

Mengabaikan pengetahuan itu adalah kebodohan karena pengetahuan tidak hanya mengungkapkan faktor personal, namun juga sikap. Lebih daripada keterampilan, sikap sering kali akan menentukan sebuah efektivitas. Sikap adalah sesuatu yang tidak dapat diajarkan, dan banyak orang tidak sadar bahwa masalah dalam hubungan mereka dengan organisasi adalah karena faktor sikap. Pengujian dapat mengindikasi masalah seperti itu.

Beberapa tes psikologi juga mengungkapkan kelemahan dan minat. Hal itu membantu seseorang dan pelatih untuk mengetahui dengan tepat bidang apa yang seharusnya menjadi fokus. Tes yang bisa membantu dikembangkan oleh Craig dan Charters; tes ini dapat dipakai dalam segala situasi untuk memberi suatu indikasi akan kelemahan dan kelebihan seseorang. Di World Vision, kami sering menggunakan apa yang disebut tes Worthington-Hurst guna membantu menentukan kelemahan dan kelebihan dalam kepemimpinan.

Ada asumsi kuat bahwa orang yang intelektualnya rendah biasanya tidak akan sanggup memimpin. Itu bukan berarti bahwa ia tidak sanggup. Ia mungkin saja memiliki keunggulan dalam hal lain yang dapat dimanfaatkan oleh organisasi. Kadang orang seperti itu tekun dan memiliki temperamen yang stabil; hal itu merupakan sebuah aset bagi organisasi.

Pelatihan juga harus menyertakan baik ujian dan pengolahan kepribadian. Satu gereja yang saya tahu mengharuskan semua penatuanya untuk mengambil kursus Dale Carnegie. Pemimpin terbaik akan mengeluarkan seluruh aspek dalam kehidupannya untuk memengaruhi orang lain. Pelatihan kepemimpinan juga akan baik jika menyertakan kursus berpidato di depan umum untuk mengembangkan kepercayaan diri. Banyak pemimpin kompeten menjadi tidak terlalu efektif dalam memimpin karena mereka tidak berbicara dengan baik di hadapan sekelompok orang. Hal seperti itu membuat mereka menjadi kurang meyakinkan (persuasif), padahal itu merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.


Membantu agar Pelatihan Efektif


Ordway Tead, dalam bukunya "The Art of Leadership", mengemukakan beragam metode dalam memberi pelatihan kepemimpinan. Ia memberikan lima metode instruksi seperti berikut.

1. Pengalaman dalam situasi kepemimpinan di bawah pengawasan.
2. Peningkatan dari situasi kepemimpinan yang lebih kecil menuju ke situasi kepemimpinan yang lebih besar.
3. Kerja magang untuk praktik dan belajar.
4. Konferensi pembahasan metode oleh sekelompok pemimpin.
5. Konferensi pribadi yang sistematis antara pelatih dan pemimpin.

Pengalaman adalah hal yang penting. Banyak situasi yang dapat dijadikan alat untuk memberi seseorang pengalaman dalam memimpin; saat kepala departemen sedang cuti misalnya, seorang asisten harus melakukan tanggung jawabnya sementara. Pelatihan seperti ini tiada duanya.

Peningkatan kepemimpinan mungkin terencana atau terjadi karena rutinitas, seperti asisten yang naik posisi karena atasannya pensiun. Jika orang itu disukai, kesempatannya besar untuk bisa sukses. Namun, metode rutinitas seperti itu tidak menjamin sebuah kepemimpinan yang baik sebab posisi itu didapat lebih banyak karena kesempatan. Dengan perencanaan dan evaluasi yang terstruktur, prospek adanya kepemimpinan yang kuat akan lebih bagus.


Percobaan


Kerja magang adalah metode yang dapat meningkatkan jiwa kepemimpinan dengan mudah. Metode ini sering digunakan di toko besar, bank, dan organisasi industri; gereja menganggap metode ini sebagai metode yang baik sekali untuk mendapatkan seorang pemimpin. Metode ini memerlukan pengetahuan akan sejarah dan misi organisasi. Setelah itu, ada percobaan selama beberapa waktu. Jika ia menjalaninya dengan baik, ia akan naik tingkat saat ada peluang.

Prosedurnya memerlukan pengawasan yang saksama dan kontak berkelanjutan dengan orang yang bersangkutan. Tead mengemukakan kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi.

Harus ada pemilihan pekerja magang dengan saksama; harus ada peluang yang benar-benar peluang, tidak terlalu lama ditunda untuk memberi seseorang tanggung jawab; kandidat pekerja magang harus diusahakan untuk tidak sombong; tidak boleh ada usaha yang dibuat-buat untuk menahannya di organisasi jika ia telah pantas untuk mendapat kesempatan; harus ada usaha agar seluruh organisasi tidak merasa bahwa kandidat pekerja magang itu adalah seorang yang spesial di manajemen daripada para pemimpin potensial lain yang berusaha sendiri untuk sukses.

Konferensi yang diadakan untuk diskusi khusus mengenai kebutuhan yang harus dimiliki seorang pemimpin juga merupakan cara sukses untuk menemukan dan melatih pemimpin masa depan. Sekarang ini, tidak ada kepemimpinan yang lepas dari pesatnya perkembangan pengetahuan dan teknik. Hal itu benar adanya dalam organisasi Kristen. Kursus penyegaran mungkin adalah cara yang paling efektif.

Akhirnya, saat pelatihan kepemimpinan berjalan, wawancara dengan orang yang dilatih harus banyak dilakukan. Pelatih harus mengawasi sikap si terlatih dalam bekerja. Impresi dan panduan bisa jadi yang terbaik yang dapat diberikan saat wawancara; wawancara seperti itu harus direncanakan menurut waktu dan apa yang mau dibicarakan. Semakin tinggi posisi kepemimpinan, semakin pentinglah wawancara seperti itu. Yang berbahaya dalam organisasi yang sedang berkembang adalah tidak adanya seseorang yang bersedia memberikan kritik atau pandangan yang diperlukan untuk membantu orang menjadi pemimpin.

Mengukur Perkembangan

Perkembangan itu penting dan perkembangan itu harus diukur. Jika pemimpin potensial tidak belajar menggunakan materi yang diajarkan pada mereka dengan efektif, program pelatihan harus direvisi. Beberapa kriteria dapat mengukur faktor ini, meski memang tidak mudah. Ordway Tead memberikan lima saran yang mungkin cocok dengan beberapa jenis situasi kepemimpinan.

1. Jumlah pekerjaan yang diselesaikan divisi yang dipimpinnya. Mungkin bisa diukur melalui jumlah atau pengorbanan yang diperlukan seseorang setiap jamnya untuk melakukan suatu pekerjaan.
2. Kualitas pekerjaan yang dikerjakan oleh suatu divisi. Kadang, hal ini bisa dilakukan dengan inspeksi, analisa sikap klien (rekan kerja), pelanggan, atau masyarakat.
3. Kestabilan keanggotaan dalam divisi. Jika sering ada orang yang masuk dalam divisi, kemudian langsung keluar, itu adalah pertanda buruk. Daftar keluar-masuk staf digunakan di banyak organisasi untuk mengetahui hal seperti itu. Dan jumlah staf dalam divisi dalam beberapa tahun yang ditentukan bisa menunjukkan stabil tidaknya divisi itu.
4. Jumlah keluhan atau kekecewaan yang dialamatkan pada penanggung jawab divisi itu.
5. Pendapat staf divisi mengenai hubungan mereka dengan pemimpin.

Dalam analisa akhir, perkembangan keterampilan memimpin dinilai dari performa. Bukan hanya pada hal yang telah dilakukan pemimpin, tapi juga dalam hal kepuasan kerja, semangat dan usaha gigih yang ditunjukkan para bawahan, dan tingkat kesetiaan dan sikap yang diperhatikan bawahan.

Artikel 3

Apakah dasar pemikiran pentingnya leadership ?

DASAR PEMIKIRAN LEADERSHIP

Leadership adalah ilmu dan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap manusia sebagai khalifah fil ardh sehingga dapat mengolah dan mengelola alam semesta beserta isinya untuk kemaslahatan seluruh umat manusia.Leadership itu : Ilmu ( teori dan praktek ) + keterampilan ( berlatih )

Landasan hukum kenapa kita belajar leadership

1. Al-Baqoroh ayat 30. Artinya berbunyi : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah dimuka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa engkau menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kamu senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan Engkau”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.



"Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kesudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S An-Nisaa: 59)

Artikel 2

5 opinions about what is a leadership:

1. Employee Oriented and Task Oriented Leadership - Leadership style matrix.
Konsep ini membahas dua orientasi kepemimpinan yaitu
- Kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan dimana perilaku pemimpinnya dalam penyelesaiannya tugasnya memberikan tugas, mengatur pelaksanaan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja bawahan sebagai hasil pelaksanaan tugas.
- Kepemimpinan yang berorientasi pada pegawai akan ditandai dengan perilaku pemimpinnya yang memandang penting hubungan baik dan manusiawi dengan bawahannya.

Pembahasan model ini dikembangkan oleh ahli psikologi industri dari Ohio State University dan Universitas of Michigan. Kelompok Ohio mengungkapkan dua dimensi kepemimpinan, yaitu initiating structure yang berorientasi pada tugas dan consideration yang berorientasi pada manusia. Sedangkan kelompok Michigan memakai istilah job-centered dan employee-centered.

2. The Managerial Grid
Teori ini diperkenalkan oleh Robert R.Blake dan Jane Srygley Mouton dengan melakukan adaptasi dan pengembangan data penelitian kelompok Ohio dan Michigan.

Blake & Mouton mengembangkan matriks yang memfokuskan pada penggambaran lima gaya kepemimpinan sesuai denan lokasinya.

Dari teori-teori diatas dapatlah disimpulkan bahwa behavioral theory memiliki karakteristik antara lain:
- Kepemimpinan memiliki paling tidak dua dimensi yang lebih kompleks dibanding teori pendahulunya yaitu genetik dan trait.
- Gaya kepemimpinan lebih fleksibel; pemimpin dapat mengganti atau memodifikasi orientasi tugas atau pada manusianya sesuai kebutuhan.
- Gaya kepemimpinan tidak gifted tetapi dapat dipelajari
- Tidak ada satupun gaya yang paling benar, efektivitas kepemimpinan tergantung pada kebutuhan dan situasi

Situational Leadership

Pengembangan teori ini merupakan penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan teori yang ada sebelumnya. Dasarnya adalah teori contingensi dimana pemimpin efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan menerapkan secara tepat.

Empat dimensi situasi secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap kepemimpinan seseorang.
- Kemampuan manajerial : kemampuan ini meliputi kemampuan sosial, pengalaman, motivasi dan penelitian terhadap reward yang disediakan oleh perusahaan.
- Karakteristik pekerjaan : tugas yang penuh tantangan akan membuat seseorang lebih bersemangat, tingkat kerjasama kelompok berpengaruh efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik organisasi : budaya organisasi, kebijakan, birokrasi merupakan faktor yang berpengaruh pada efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik pekerja : kepribadian, kebutuhan, ketrampilan, pengalaman bawahan akan berpengaruh pada gaya memimpinnya

3.Fiedler Contingency model
Model ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif tergantung pada situasi yang dihadapi dan perubahan gaya bukan merupakan suatu hal yang sulit.
Fiedler memperkenalkan tiga variabel yaitu:
- task structure : keadaan tugas yang dihadapi apakah structured task atau unstructured task
- leader-member relationship : hubungan antara pimpinan dengan bawahan, apakah kuat (saling percaya, saling menghargai) atau lemah.
- Position power : ukuran aktual seorang pemimpin, ada beberapa power yaitu:

-> legitimate power : adanya kekuatan legal pemimpin
-> reward power : kekuatan yang berasal imbalan yang diberikan pimpinan
-> coercive power : kekuatan pemimpin dalam memberikan ancaman
-> expert power : kekuatan yang muncul karena keahlian pemimpinnya
-> referent power : kekuatan yang muncul karena bawahan menyukai pemimpinnya
-> information power : pemimpin mempunyai informasi yang lebih dari bawahannya

4.Robert house menyampaikan teorinya bahwa kepemimpinan yang efektif menggunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas tinggi untuk meningkatkan karismatiknya. Dengan kharismanya pemimpin transformational akan menantang bawahannya untuk melahirkan karya istimewa.

5.Lee Lacoca, Jack Welch

Langkah yang dilaksanakan pemimpin ini biasanya membicarakan dengan pengikutnya bagaimana pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggota kelompok, bagaimana istimewanya kelompok yang akan menghasilkan karya luar biasa.

Selasa, 03 Agustus 2010

my profile

nama saya wafi . saya lahir di jakarta , tepatnya tanggal 01 oktober 1195.hobi saya adalah bermain futsal. saya tinggal di perum sku blok c1 no 35.sekarang saya bersekolah di sma insan cendikia al-muslim.